Rahim Pengganti

Bab 144 "Pindah Rumah"



Bab 144 "Pindah Rumah"

0Bab 144     

Pindah Rumah     

Keduanya berjalan menemui semua orang yang ada di sana, tidak ada kemesraan ataupun seperti orang lainnya yang baru menikah. Keduanya bahwa berjalan berselisihan, hal itu terlihat dengan sangat jelas.     

"Nah pengantin baru kita datang, ayo sini duduk dulu," ujar Tante Siska heboh. Wanita itu terlihat sangat senang, saat melihat keponakannya sudah baik baik saja. Begitu juga dengan lainnya, mereka menilai bahwa hubungan Gina dan Daffa akan berjalan dengan lancar. "Kamu udah mendingan sayang?" tanya Oma Iren. Gina langsung memeluk, Omanya itu wanita itu begitu rapuh namun, berusaha untuk terlihat baik baik saja.     

"Gina gak apa apa kok Oma," jawab Gina.     

Mereka lalu, melanjutkan sarapannya. Beberapa kali terdengar candaan yang dilemparkan oleh para orang tua mengenai Gina dan juga Daffa. Namun, Gina hanya menanggapinya dengan senyuman tak ada hal lain yang dilakukan oleh wanita itu.     

"Kalian mau bulan madu ke mana?" tanya Ibu Sri. Wanita itu yang selalu bersemangat dalam segala hal, bahkan untuk mengurusi bulan madu keduanya saja wanita itu ingin menyiapkan semuanya. "Kalau saya terserah Gina saja Bu," jawab Daffa sambil melirik ke arah istrinya itu.     

"Gimana nak? Kamu mau pergi ke mana? Biar tadi ibu siapkan semuanya," ucap Ibu Sri dengan sangat bahagia. Gina menatap ke arah sang mertua, wanita itu menghela napas nya sebelum memasang wajah tersenyum. "Sebelumnya terima kasih, untuk tawarannya bu. Terima kasih sudah begitu perhatian dengan saya. Hanya saja tidak usah Bu, saya masih ada kegiatan di kampus, sehingga akan benar benar sikap di semester ini," jawab Gina. Wanita paruh baya itu tersenyum, dan menganggukkan kepalanya. "Oh iya ibu, lupa semester ini kalian akan sangat sibuk. Ya sudah bulan madu bisa kapan aja yang penting prosesnya segera ya," jawab ibu Sri. Gina hanya diam, wanita itu tidak menanggapi apa yang di ucapkan oleh sang mertua. Karena memang dirinya tidak mau membahas hal seperti ini.     

***     

Setelah selesai sarapan pagi, Gina dan Daffa kembali ke rumah kedua orang tua Gina. Sejak kejadian itu, hubungan Bian dan Gina sudah semakin dingin, Melody yang tidak tahu apapun terlihat bertanya tanya namun, tidak ada yang mau memberitahukan hal tersebut.     

"Kita langsung pergi atau mampir dulu?" tanya Daffa. Gina yang menatap ke arah jendela lalu memalingkan kepalanya, lalu menoleh ke arah suaminya. "Pulang saja," jawabnya singkat. Daffa menganggukkan kepalanya, lalu menjalankan mobil tersebut ke rumah sang mertua. Tidak ada pembicaraan berlanjut di antara mereka, hanya kesunyian yang tercipta.     

Tiga puluh lima menit, berlalu keduanya sudah sampai di depan rumah ayah Bian dan bunda Carissa. Gina dan Daffa segera turun, tak seperti pasangan lainnya yang mesra keduanya terlihat cuek dan biasa biasa saja.     

Keadaan rumah masih sepi, karena kedua orang tua Gina sedang pergi mengantar Oma Iren ke panti asuhan sedangkan Ryu, pasti berada di kantornya. Gina langsung meminta suaminya itu untuk beristirahat sedangkan dirinya pergi menuju perpustakaan rumah. Wanita itu, ingin mengambil beberapa buku yang bisa dia gunakan untuk kuliahnya. Karena setelah mereka menikah otomatis, Gina akan ikut pindah ke rumah dinas.     

Tadi setelah sarapan, Ibu Sri juga sudah mengatakan bahwa kapan Gina siap untuk pindah ke asmara, dan seketika saat itu Gina terdiam.     

"Kamu di sini," ucap seseorang. Gina yang tahu, siapa yang ada di sana hanya menatap ke arah Daffa sekilas lalu kembali sibuk mencari beberapa buku yang dirinya gunakan. Daffa berjalan ke arah Gina berdiri, perpustakaan di rumah ini begitu unik dan nyaman membuat Daffa langsung jatuh cinta kepada tempat itu pertama kali. "Kamu mau cari buku apa?" tanya Daffa lagi. Namun, Gina kembali hanya diam saja, tidak ada pergerakan sedikitpun. Wanita itu bahkan seolah tidak menganggap ada Daffa di sana, kesal dengan sikap sang istri yang selalu seperti ini membuat pria itu menarik tangan Gina.     

Keduanya saling bertatapan satu dengan lainnya, terlihat dengan sangat jelas bahwa tatapan yang diberikan oleh Daffa adalah tatapan yang begitu tajam.     

"Kamu ada masalah apa? Kamu masih marah dengan kejadian satu bulan lalu? Maaf, tapi jujur saat itu aku memang khawatir dengan kamu. Itulah kenapa aku jadi pergi ke rumah kamu dan bertemu dengan Ayah Bian. Aku juga tidak tahu, kalau hal itu menimpa kamu. Maaf atas semuanya, kejadian itu sudah berlalu dan tidak seharusnya kamu masih bersikap seperti ini," ucap Daffa dengan penuh penekanan. Gina hanya menatap datar, ke arah Daffa wanita itu mengeluarkan sepatah katapun membalas apa yang sudah di ucapkan oleh sang suami. "Sudah selesai? Kalau sudah, bisa lepaskan saya? Masih ada beberapa hal yang harus saya lakukan," ucap Gina. Lalu mencoba untuk keluar dari dekapan suaminya itu, Gina segera mengambil beberapa barang miliknya dan melangkah untuk pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika Daffa kembali menarik tangannya dan membuat Gina menabrak Daffa.     

Pria itu lalu membuat Gina ke arah dingin, mata kedua nya saling menatap dengan sangat intens. Deru nafas dari mereka juga terdengar dengan sangat jelas, hingga tidak angin tidak ada huja tiba tiba dengan beraninya Daffa menempelkan bibir keduanya. Gina yang mendapatkan hal itu, hanya bisa diam dengan apa yang di lakukan oleh Daffa, bahkan tiba tiba tubuh Gina membeku.     

"Shit!!!" umpat Daffa dalam hati, pria itu jadi tidak bisa menahan dirinya. Awalnya Daffa hanya ingin menurunkan sikap angkuh di dalam diri istrinya itu namun, dirinya malahan tergoda dengan bibir tipis milik Gina.     

Hingga lumayan demi lumatan terjadi, dengan sangat cepat Daffa menarik tengkuk istrinya itu, Gina yang sudah sadar dengan hal yang terjadi segera mencoba melepaskan dirinya namun, tidak bisa karena Daffa menekan ciuman mereka. Setetes air mata mengalir di sudut mata Gina, tangan wanita itu juga memukul dada Daffa dengan cukup keras. Melihat hal itu membuat Daffa tersadar dan melepaskan ciuman tersebut.     

Nafas keduanya memburu, terlebih Gina yang sudah menarik nafasnya karena kesal dengan apa yang sudah dilakukan oleh Daffa, hingga sebuah tamparan indah mendarat dengan sempurna.     

Plak!!     

Mata Gina menampilkan sorot mata kekesalan. Wanita itu tidak suka dengan apa yang harus saja, dilakukan oleh Daffa.     

"Kamu!!" tunjuknya. Gina benar benar marah, wanita itu lalu segera pergi dari tempat tersebut sedangkan Daffa sudah mengumpat dengan apa yang dirinya lakukan.     

"Bodoh … bodoh … bodoh … bodoh," ujar Daffa. Pria itu memukul kepalanya sendiri, karena tingkahnya yang sudah gila. Bagaimana mungkin dirinya bisa melakukan hal seperti itu, Daffa mengumpat kepada dirinya sendiri yang ceroboh akan hal yang terjadi. Sedangkan Gina, masuk ke dalam kamarnya, wanita itu merasakan sakit yang begitu dalam. Rasanya sangat berbeda, perasaan yang membuat dirinya merasakan terhina. Apa yang dilakukan oleh Daffa benar benar tidak di sukai oleh Gina, meskipun pria itu sudah menjadi suaminya namun, apa yang sudah dilakukan oleh Daffa tidak bisa dimaafkan.     

***     

Hubungan keduanya semakin dingin, bahkan Gina seolah menghindari suaminya itu, di depan kedua orang tua nya lah baru Gina menunjukkan dirinya di depan Daffa, selebih itu dirinya sibuk di dalam perpustakaan mengerjakan beberapa tugas entah hal itu hanya pelariannya saja atau memang seperti itu.     

Makan malam kali ini, terlihat semakin dingin apalagi Gina yang tidak sama sekali menegur sang ayah, berulang kali Bian menarik nafasnya dan menatap ke arah sang putri. Anak gadis yang begitu dirinya sayangi nyatanya sudah sangat membencinya.     

Sedangkan Carissa hanya bisa menjadi penonton saja, wanita itu sudah tidak bisa lagi berkomentar seperti apa. Perasaannya juga sudah lelah, semakin hari Gina semakin menjauh, tidak pernah sedikitpun lagi anak itu bermanja ria dan hal itu sangat di rindukan oleh Carissa.     

"Setelah makan. Ayah mau bicara sama kamu ya dek," ucap Bian. Mendengarkan ucapan itu membuat Gina mengangkag kepalanya dan menatap ke arah Bian, sudut mata Gina rasanya sudah berembun. Hampir dua bulan dirinya merindukan panggilan 'adek' yang yang selalu di ucapkan oleh Bian setiap harinya. Namun, karena kejadian itu membuat hubungan ayah dan anak itu menjadi sangat renggang.     

"Iya." Hanya jawaban singkat, namun bisa terdengar jika Gina menahan emosinya, menahan laju air matanya yang siap mengalir dengan sempurna.     

"Ayo di makan lagi sayang, ini bunda sengaja buatkan makanan kesukaan kamu," ucap bunda Carissa. Gina menganggukkan kepalanya, Daffa yang melihat hal itu berharap hubungan dirinya dan sang istri juga segera membaik, sungguh memang seharusnya Gina tidak marah karena mereka sudah menikah. Namun, Daffa tahu ini sangat sulit di terima oleh istrinya bahkan dirinya sendiri.     

Membuang masa lalunya, yang masih mencintai Mel yang tak lain adalah kakak iparnya sendiri juga bukan hanya yang mudah. Tapi sejak malam dimakan mereka menikah, Daffa sudah berjanji akan membuka hatinya untuk sang istri dan menutup apa yang tidak seharusnya dirinya pendam selama ini.     

Di sinilah Gina, berdua dengan sang ayah di teras halaman belakang. Suasana rumah yang begitu sepi, Melody dan suaranya juga sudah pulang tadi pagi. Sehingga di dalam rumah ini hanya ada Bian, Carissa dan Daffa Gina.     

Bian masih terdiam menatap ke arah depan, sedangkan Gina hanya menundukkan kepalanya.     

"Maafkan ayah nak. Maaf sudah menyakiti hati kamu, maaf sudah melukai kamu," ucap Bian dengan menahan nafas. Gina mengangkat kepalanya, dan mulai menatap ke arah sang ayah hingga air mata itu mengalir dengan sangat deras. Bian mendekap sang anak, keduanya menangis dengan saling berpelukan.     

"Maaf … maafkan ayah nak, maaf sudah melukai kamu. Maaf karena keegoisan ayah, kamu harus terluka dan harus menerima hal. Maafkan ayah sayang, maaf dek maaf," ucap Bian berulang kali. Mendengar hal itu membuat air mata Gina terus mengalir dengan sangat deras. Bukan hanya Gina namun, Carissa yang menyaksikan keduanya dari jauh ikut meneteskan air matanya.     

"Semua sudah terjadi yah, semua sudah menjadi jalan yang harus aku lalui. Untuk apa menyesali semuanya karena semua sudah terjadi. Saat ini yang bisa aku lakukan hanya melaluinya berjalan menyusuri takdir apa yang akan terjadi selanjutnya."     

Mendengar hal itu semakin terpukul pria itu begitu menyesal apa yang terjadi hanya ingin membuat adiknya bahagia tapi ternyata salah seharusnya Bian bisa mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh anaknya.     

"Ini adalah jalan yang terbaik yah, Tuhan tidak pernah memberikan cobaan diluar dari batas dan pernikahan ini merupakan jalan untuk aku semakin dewasa Terima kasih sudah merawat Gina selama ini ayah dan bunda adalah dua orang yang sangat Gina cintai."     

Setelah banyak air mata yang mengalir keduanya lalu saling mengobrol satu dengan yang lainnya kebiasaan yang selalu Bian dan Gina lakukan setiap harinya air mata yang tadinya mengalir berubah dengan canda dan tawa yang saat ini terdengar bukan hanya Bian dan Gina yang merasakan hal itu Tapi Carissa juga air mata yang tadi ikut mengalir sekarang sudah berubah dengan senyuman Indah siapa yang tidak bahagia melihat suami dan anaknya sudah aku kembali titik Karisa berjalan mendekati ketuanya memeluk kedua orang yang begitu ia cintai dari belakang.     

"Bunda," ucap Gina. Keduanya menoleh ke arah belakang, lalu Bian menarik istrinya untuk duduk di samping sang putri. Bian memeluk kedua wanita yang sang dia cintai, pelukan hangat yang selama dua bulan ini dirindukan oleh Gina.     

"Tetap jadi anak kecil kesayangan ayah dan bunda, ya dek," ucap Bian.     

Bahagia, sangat. Saat ini Gina begitu bahagia bisa kembali memeluk kedua orang tuanya seperti ini. Memeluk pria dan wanita yang begitu berharga untuknya.     

Pemandangan ini, terlihat oleh Daffa pria itu tersentuh dengan apa yang terjadi.     

"Ayah boleh tanya sama kamu dek?" tanya Bian.     

"Apa yah? Ayah mau tanya apa."     

"Bagaimana hubungan kamu dengan Daffa, walaupun kalian baru menikah dua hari tapi Ayah harus tahu bagaimana perasaan kamu terhadap dirinya."     

Mendengar pernyataan dari ayah mertuanya membuat Daffa tiba tiba membeku, entah kenapa pria itu menjadi takut dengan jawaban yang akan diberikan oleh Gina.     

"Nanti kalau adek pindah, ayah sama bunda kesepian gak?" tanya Gina. Gadis itu, lebih memilih mengalihkan pertanyaan dibandingkan menjawab pertanyaan dari sang ayah, Bian yang akan bertanya lagi diurungkan oleh Carissa. Istrinya itu memberikan kode supaya sang suami tidak bertanya lebih kembali. "Kesepian dong pasti, kan udah gak ada lagi yang heboh," jawab Carissa.     

"Emang adek heboh Bun? Adek gak pernah heboh loh. Adik itu anak baik," balas Gina.     

"Anak baik kalau ada maunya."     

Ketiganya langsung menoleh ke arah belakang, di sana ternyata ada Ryu yang sudah berdiri dengan tangan yang ada di dalam sakunya, melihat sang Abang membuat senyum di wajah Gina terbit. Namun, hal itu hanya terjadi sebentar sebelum pandangan mata Gina menatap ke arah Daffa yang berdiri tidak jauh dari mereka.     

"Ayo sini Abang dan Nak Daffa gabung, di sini kalau malam suasananya sangat sejuk dan enak. Cocok untuk kumpul kumpul," ujar Ayah Bian. Ryu berjalan duduk di samping sang bunda sedangkan, Daffa duduk di depan ayah mertuanya. Pandangan mata Daffa menatap ke arah Gina yang membuang mukanya.     

Tidak ada pertanyaan serius, hanya beberapa hal saja yang ditanyakan oleh ayah Bian kepada menantunya itu. Setelah hari semakin larut, mereka semua masuk ke dalam kamarnya masing masing. Malam ini menjadi malam kedua untuk Gina dan Daffa tidur dalam satu kamar dan tempat yang sama.     

***     

Gina masih di dalam kamar mandi, setelah menunggu suaminya keluar dari dalam sana. Gina langsung masuk, untuk membersihkan dirinya dan berganti pakaian. Saat keluar dari dalam sana, Gina menatap ke arah tempat tidur, dimana sang suami sudah berbaring di sana.     

Wanita langsung berjalan menuju tempat tidur, dan berbaring di samping Daffa. Tidak ada seperti di dalam sebuah novel di mana kedua orang yang dijodohkan akan tidur terpisah. Gina malahan lebih memilih tidur di atas tempat tidurnya, dan membatasi dirinya serta Daffa dengan sebuah guling di tengah tengah mereka.     

Gina tidur dengan memunggungi suaminya, Daffa yang hanya menutup mata kemudian membuka dan menoleh ke arah sang istri. Ada senyum yang tertarik di sudut bibirnya, Daffa mengira Gina alan tidur di sofa dan tidak ingin bersamanya namun, ternyata salah istrinya itu tidur di sampingnya.     

Pagi harinya Gina bersama dengan Carissa menyiapkan sarapan pagi hari ini ini Gina dan Daffa akan pergi dari rumah pindah ke asrama yang sudah disiapkan oleh pihak batalyon.     

"Kalian pergi jam berapa nanti dek?" tanya Carissa.     

"Nggak tahu Bun terserah dia mau mau pergi jam berapa. Aku mah ikut aja."     

"Loh nggak boleh gitu dong masak panggil suami dengan kata dia nggak sopan loh dek, harus pakai panggilan ya. Abang atau Mas gitu itu kan jadinya enak nak Daffa lebih tua dari kamu sayang." Gina hanya memasang senyuman saja, dia tidak tahu harus merespon seperti apa, tak lama Daffa dan juga ayah Bian yang habis berkeliling komplek pulang. Keduanya langsung duduk di meja makan, sesuai dengan perintah sang bunda Gina mengambilkan makanan untuk suaminya.     

"Kamu gak sarapan dulu bang?" tanya Cariss ketika melihat Ryu anak laki lakinya itu berjalan melewati meja makan. "Di kantor bun," jawabnya. Ryu langsung melangkahkan kakinya, namun, pria itu berhenti ketika mendengar suara Gina.     

"Abang gak mau sarapan sama adek lagi?"     

Ryu langsung melangkahkan kakinya menuju ke tempat mereka makan saat ini, dan tanpa basa basi pria itu langsung duduk di samping adiknya.     

"Adek Abang harus makan yang banyak."     

Melihat kedekatan Ryu dan Gina sedikit membuat Daffa tidak suka, hal itu semakin membuat Ryu bertingkah aneh kepada adiknya.     

***     

Setelah selesai sarapan, Gina dan Daffa lalu pamit untuk pindah ke asmara dimana akan menjadi rumah mereka, tidak banyak barang yang dibawah hanya beberapa koper saja, selebihnya di tinggalkan di rumah kedua orang tua Daffa. Hal itu di lakukan jika, Gina suatu saat di tinggalkan Daffa untuk tugas luar. Maka Gina akan ke rumah orang tua suaminya, bukan Daffa tidak setuju dengan Gina ke rumah Ayah Bian tapi karena mereka sudah menikah jadi memang seperti itu. Gina yang tidak mau pusing hanya mengiyakan apa yang diucapkan oleh Daffa.     

Sepanjang perjalanan Gina hanya diam, tidak ada sedikit suara pun yang di lontarkan oleh Gina wanita itu hanya diam saja sembari menatap ke arah jendela.     

"Di asrama hanya punya satu kamar. Kamu tidak keberatan kan untuk tinggal satu kamar dengan saya?" tanya Daffa.     

"Iya." Hanya jawaban singkat itulah yang keluar dari mulut Gina wanita itu kembali diam. Sesekali Daffa menoleh ke arah istrinya itu nafas berat terdengar sangat jelas.     

Tiga puluh lima menit berlalu mobil yang dikendarai oleh Daffa sudah sampai di sebuah rumah yang sangat sederhana tapi terlihat mewah. Ghina segera turun dari dalam mobil tersebut wanita itu berjalan ke arah pagar rumah saat akan membuka pagar tersebut seseorang yang berpakaian berwarna hijau pupus mendekati ke arah mereka.     

"Dek Daffa akhirnya pindah juga ya ke rumah dinas selamat bergabung di batalyon ya dek kenalin saya Sonya istrinya dari Mas Gilang. Panggil Kak Gilang aja ya ya," ucap wanita itu.     

"Salam kenal Kak."     

Hanya tiga kata itu yang terlontar dari mulut gimana keduanya sedikit berbincang-bincang sedangkan Dafa sibuk mengeluarkan semua barang yang ada di dalam mobil pria itu sedikit tersenyum kearah istrinya yang mudah akrab dengan orang lain.     

"Ya sudah saya permisi dulu ya nanti kita bertemu lagi jangan lupa nanti ikut acara Persib ya kamu harus kenalan dulu oke yo Mas Dafa mari."     

Wanita itu lalu meninggalkan Rafa dan Gina Setelah dia pergi dapat memberikan kunci kepada Gina supaya istrinya itu bisa membuka pintu. Pintu rumah itu terbuka, Hal pertama yang dilihat Gina adalah suasana rumah tersebut rasanya sangat damai dan adem hal itu merubah pandangan Gina terhadap rumah anggota TNI yang menyeramkan dan angker.     

"Selamat datang di rumah nyonya Daffa," ujar Daffa dengan lembut. Gina berusaha menahan perasaan nya, wanita itu terus bersikap biasa saja. Padahal sebenarnya saat ini, jantung Gina rasanya akan keluar mendengar kata kata manis yang, terlontar dari mulut suami nya itu.     

"Masuk aja ke dalam kamar istirahat kalau mau mandi silakan mandi kemarin aku udah minta salah satu anggota aku untuk membersihkan rumah kita," ujar Daffa.     

Gina hanya menganggukkan kepalanya lalu berjalan menuju kamar yang ada di depan sana titik kamar itu begitu rapi dengan cat berwarna merah muda, sepertinya dapat mempersiapkan semuanya sendiri untuk membuat Gina nyaman di rumah ini terbukti dengan cat kamar yang diubah secara dramatis.     

"Bersih," gumam Gina. Wanita itu langsung masuk kearah kamar mandi ketika dia lihat semuanya sangat bersih dan kinclong senyum manis terbit di wajahnya. "Niat banget sih mau buat aku seneng," ucap Gina. Daffa melakukan semuanya dia meminta semua anggotanya untuk membersihkan dan merapikan rumah tersebut bahkan dapat juga meminta orang untuk mengganti wallpaper kamarnya supaya terlihat lebih cantik sehingga Gina betah berada di rumah tersebut titik bukan hanya itu tapi Daffa juga mempersiapkan semua hal untuk Gina komputer printer makan semua kebutuhan Gina untuk kuliah sudah disiapkannya pria itu sudah berniat untuk membuka hatinya kepada Gina istrinya saat ini dan melupakan semua hal yang seharusnya sudah lama dilupakan.     

"Di mana Kamu suka nggak dengan kamarnya?" tanya Daffa.     

Gina terkejut dengan suara tersebut Lalu menoleh kebelakang ternyata suaminya itu sudah masuk dengan 2 koper yang ada di kiri dan kanan tangannya. Dafa lalu meletakkan kompor tersebut di sebelah lemari pria itu lalu berjalan mendekati Gina yang masih berdiri di depan kamar mandi.     

"Aku sengaja bikin semuanya supaya kamu nyaman, kalau kamu tidak suka, kamu bilang saja ya. Biar saya bisa memperbaiki semuanya, ini rumah kita jadi terserah kamu mau ubahnya seperti apa."     

"Terima kasih," ucap Gina. Hanya kata itu, yang terlontar dari mulutnya namun, sudah membuat Daffa senang dan bahagia.     

###     

Selamat membaca dan terima kasih buat kalian semua sampai ketemu di bab selanjutnya bye bye I love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.